Monday, October 29, 2007

WAKTU

Waktu masih berlalu, menyisakan memori tentang suka, duka, keingintahuan, rindu, bahkan kebencian. Terkadang kita sendiri begitu bingung degan makhluk Tuhan yang bernama waktu ini. Terkadang kita merindukan, terkadang aku juga amat membenci keberadaanya. Namun mengapa “Waktuka Hayatuka”( waktumu adalah hidupmu). Mungkin karena saksi abadi yang selalu lekat dengan perjalanan hidup kita selalu direkam oleh waktu. Rekaman ini yang nanti akan dibeberkan pada saat manusia diadili disisi Allah.

Waktu terkadang membuat kita merasa takut, karena waktu adalah sebuah pedang, yang suatu saat akan menibas kita secara beralahan-lahan, nanti atau dikemudian hari. Pedang itu sangat tajam, pedang yang akan bertambah tajam jika kita tidak segera menghargai waktu secepat mungkin. Jadi, tidak menghargai waktu diibaratkan seperti seseorang yang mengasah pedang untuk lehernya sediri.

Mungkin waktu adalah salah satu hamba Allah yang paling setia . Karena waktu tak pernah dusta kepada siapa saja. Waktu selalu mengungkapkan fakta. Waktu selalu memberi kita jawaban jika kita bertanya. Waktu selalu memberi jawaban atas apa yang terjadi sekarang dan yang akan terjadi di masa depan.

Terlalu naif untuk memahami hamba Allah yang satu ini, karena keberadaanya memang sangat tidak tersentuh oleh manusia, sehingga manusia lelah untuk terus menerus memikirkannya dan berhenti untuk mencoba mengubahnya. Manusia beralih untuk tidak memikirkan waktu kembali. Mereka lebih memilih untuk memikirkan apa yang bisa waktu lakukan untuk mereka, tanpa berfikir apa meraka bisa mengubah waktu.

Terkadang kita bingung mengapa hidup harus diukur dengan waktu, ada prasejarah dan sejarah, Ada waktu untuk hidup kemudian mati. Bahagia kemudian duka atau pun sebaliknya. Mengapa begitu? Apakah itu rahasia Allah, ataukah hanya suatu hal yang sebetulnya sangat mudah untuk difahami ?

Kita diberikan tugas berupa waktu untuk memanfaatkannya, dalam tugas itu ada deadline yang tidak diungkapkan kepada kita. Bukan karena Allah pelit, melainkan hanya hendak menguji siapa saja hamba-Nya yang bisa mengerjakan tugas sebaik-baik mungkin tanpa menatap deadlinenya. Cukuplah deadline yang sangat terjaga kerahasiaanya itu menjadi sebuah nasihat untuk kita, bahwa kita tidak mengetahui kapan deadline atau waktu akhir tugas kita di dunia itu, dan disaat kita diminta untuk mengumpulkan tugas itu, apakah kita siap dengan nilai yang Allah berikan kepada kita melalui koreksi waktu.

Waktu, suatu hal yang terkadang luput dari pandangan kita. Kita terkadang lupa dan selalu meremehkan akan keberadaannya, hingga saat nafas terakhir kita bertanya “Masihkah ada waktu untukku untuk menyelesaikan tugasku ?”. Malaikat pencabut nyawa menjawab, “Tidak, waktumu telah habis, tugasmu harus segera dikumpulkan”.