Thursday, December 11, 2008

Straight Thinking

Coba kita meresapi ayat ini...
"... Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri..." QS.Ar Ra'd : 11

kata mengubah dalam ayat tersebut bisa kita aplikasikan pada diri kita sendiri, maksud mengubah adalah mengubah ketetapan tujuan hati dan sikap-sikap kita untuk lebih baik. Lantas bagaimana jika kita menemui kendala dalam mengubah ketetapan hati kita dan kita mendapat cobaan dari Allah kita. Mudah kok, sesuai dengan ayat di atas kita juga harus berfikir lurus, kita harus tetap optimis dengan masa yang akan datang dan kita tidak boleh su'udzon pada Allah, kita harus quanudzon khan...

kita tidak boleh takut, harus yakin dengan ketetapan Allah pada diri kita. Karena hidup kita ini hanya akan maju dengan usaha kita, dan Allah adalah pengubah ketetapan yang paling dasyat. Sudah berbagai peristiwa yang aku alami sendiri tentng ketetapan Allah yang tiada terduga. Modalnya hanya berfikir positif atau lurus, atau optimis terhadap mimpi-mimpi kita.

Perlu dipahami hidup memang sulit untuk dijalani, tapi hidup itu indah untuk dilalui. Bukankah Groge Bernard Shaw pernah bilang
"Life is like beautiful melody, only the lyrics are messed up"
So, santai aja kali, bila kita menghadapi masalah janagan bersdih. Boleh sih, tapi ada porsinya! semenit ajah buat nangisnya, lanjutnya harus tetap ceria!

Oh ya, meluruskan pikiran itu bisa bikin badan kita sehat lho!!!!
kata James Allen;
"Seala sesuatu yang dilakukan seseorang adalah reaksi langsung dari apa yang ada dalam pikirannya. Seseorang bisa bangkit dengan kedua kakinya dan beraktifitas, itu karena faktor pikirannya, begitu pula seseorang bisa sakit atau sembuh karena faktor pikirannya."
Tuh khan....

Bahkan pada tingkat tertentu, meluruskan pikiran membuat kita mencapai puncak kebahagaiaan hidup yang sebenarnya! Buktinya Ibnu Taimiah yang teladannya membuat hidup orang muslim seharusnya belajar darinya. Beliau berkata dalam penggasingannya:
"Apa yang dilakukan oleh musuh-musuhku? Tamanku dan surgaku berada dalam dadaku. Membunuhku sama alnya dengan mati syahid, mengasingkanku sama halnya dengan bertamasya. Memenjarakanku sama halnya dengan berkhalawat ( menyendiri dari kematian untuk mendekatkan diri kepada Allah) "

Huhh, begitu indah hidup ini, seperti kata harun Yahya yang bilang bahwa hidup ini penuh dengan keluarbiasaan yang nonsense, bisa tampak sporadis atau berantakan. Tapi semua itu adalah fakta penciptaan yang tak terbantahkan.

So, dengan meluruskan pikiran akan memberi kita kebahagiaan, karena kita bisa membuang segala kecemasan. Amien....

Hehehehehe......

Tuesday, December 9, 2008

Plat Merah

Hari yang indah adalah hari yang berlalu dengan meninggalkan memori, apapun bentuknya memori itu, tentang keburukan, kebaikan, menyenangkan, menyengsarakan, memusingkan, penuh tantangan, bahagia, sedih, duka, yang pasti semua itu berakhir dengan masih adanya waktu untuk mengingat kejadian hari itu. Dan hari yang buruk, menurutku adalah hari dimana aku tak bisa mengingat apapun tentang hari itu, jadi berakhir tanpa memori, tak membekas sedikitpun.

Hari itu, aku duduk di beranda rumahku, memandang manjanya dedaunan yang diguyur rintik hujan, dan hiruk pikuk jalanan ibukota yang selalu penuh dengan kendaraan dan manusia yang beraneka rupa. Kadang aku tersenyum, kadang pula aku mengutuk, tapi seringnya aku bersedih.

Aku tersenyum karena memandang beberapa mobil mewah yang melintas di Avenue itu, aku mengutuk jika memandang begitu banyak mobil plat merah yang terlalu sering lewat, dan aku bersedih bila memandang beberapa pengemis yang anehnya juga sering lewat di depan rumahku. Dan aku bersedih lagi jika sadar bahwa sebuah mobil berplat merah itu bisa merubah hidup banyak pengemis yang sering lewat di depan rumahku, dan aku bersedih lagi bahwa bukan hanya mobil plat merah saja yang kami miliki, bahkan tanah dan rumah yang kami tempati ini juga sama derajatnya. Milik kantor Papi, Beliau yang saat ini sedang Study Banding di Amerika sana, mengenai “dampak kemerosotan ekonomi global pada Migas di dunia”.

Meskipun terkesan konyol dan dibuat-buat, toh Papi juga berangkat dengan senangnya. Mana masuk akal coba, sudah tentu kemrosotan ekonomi berimbas pada penjualan produk Migas, kok juga masih di study bandingkan? Tapi tak apa lah, setelahnya aku pasti dapat oleh-oleh yang bagus-bagus! Dan lagi Mami, dia pasti senang karena kemarin Mami titip oleh-oleh beberapa produk fasien yang ternama, asli dari negeri Paman Sam itu.

Lalu aku kembali bersedih setelah melihat seorang pemulung yang kehujanan lewat, Entah apa yang aku sedihkan, aku hidup enak bahkan mewah, aku selalu dimanja, meskipun aku tak memakai mobil plat merah ayah itu. Aku selalu dibelikan ayah mobil yang sesuai dengan perkembangan pasar, Mami juga, kami hidup enak dari kantor Papi yang memfasilitasi ayah mobil plat jinngga itu, makan kami, sekolahku, rumah ini, bahkan nyawa kami ini sebetulnya berasal dari kantor mobil plat merah itu.

Kok bisa? Tentu, karena asuransi kami juga berasal dari sana, sehat kami usai sakit juga berkat obat dari kantor ayah yang memfasilitasi mobil plat merah itu. Namun Mami lebih senang jika Papi mendapatkan jatah dalam bentuk uang, karena dengan begitu, Mami bisa membeli beberapa benda nan indah juga mewah, yang sering Beliau pertontonkan pada teman-teman arisan Beliau. Padahal aku tahu, itu sama derajatnya dengan mobil plat merah Papi. Tapi kukira semua orang juga tahu, Mamiku pun aku kira tahu darimana asal uang perhiasan itu.

Mobil plat merah ayah bernomor BU 5 UK, bermerk Kancil, mobil yang dipakai Papi itu terkenal akan kemewahannya dan kelincahannya di jalan, padahal jarak rumah ke kantor tempat Papi mendapatkan mobil plat merah itu tak lebih dari sekilo, tak ayal jika badan Papi jadi gemuk, terutama di bagian perutnya, sangat menonjol, adikku yang masih TK pernah bilang, “Perut Papi gemuk kayak gambar di baju Papi itu!” begitu ejeknya sambil menunjuk-nunjuk sebguah lambang yang tertempel di seragam dinas kantor Papi. Dan beberapa bulan setelah itu, lambang kantor Papi berubah, hingga kini diganti dengan lambang tiga coretan warna-warni yang malah sangat disukai adikku, karena warnanya mirip coretan-coretannya di kelas TK Nol Besar Maju Selangkah, tempat ia sekolah.

Meskipun pergantian lambang kantor papi itu menuai kontroversi karena biaya pergantian lambang itu mencapai beberapa miliar rupiah, toh terjadi juga. Anggota dewan yang tadinya bersuara lantang menolak perubahan lambang kantor Papi itu, hanya beberapa hari sesudahnya juga diam seperti yang lain. Entah karena apa, yang pasti setelah rapat tertutup dengan perusahaan Papi semua nampak damai, seperti tidak pernah terjadi apa-apa.

Aku berhenti berfikir, dan memandang ke arah Avenue yang masih ramai oleh kendaraan, namun tak lagi diguyur gerimis. Aku tersenyum geli, entah kenapa yang pasti aku kembali bahagia. Buat apa aku bersedih saat ini, toh hidupku sudah menyenangkan, damai, dan bahagia, buat apa mengkritik Papi, toh aku bahagia dengan jatah yang lebih dari cukup, kalau hendak ku kritik yang pasti ukuran badannya yang super itu! Yah, sudahlah, biarkan hidup ini berlalu…

“Ijah…Ijah…!” Teriakku saat aku teringat kopi.

“Iya, Non.” Jawab Bi Ijah sambil mendekat.

“Kopi saya mana, Ijah?” tanyaku sedikit lirih.

“Maaf, Non, lupa.” Jawab Ijah sedikit takut

“Dasar Babu Bego!” dan hariku berubah menjadi buruk.

cuma ada waktu senggang dan lagi BT; dari pada g ngapa2in!!!!!