Tuesday, May 19, 2009

Biar

Biar kata mereka
Biar tingkah mereka
Tentangku!

Biar mereka bilang
Biar mereka anggap
Diri mereka tiada dosa

Biar saja mereka jatuh
Biar lobang dosa yang mereka gali
Biar mereka jatuh ke dalamnya

Bukan tugasku meneriakkinya
Biar jadi pelajaran mereka
Biar mereka belajar!

Biar saja
Biar mereka tahu atau tidak
Kan kubiarkan!

Tuesday, March 31, 2009

The Amazing Masjid

And this is some picture of Amazing Masjid in Aceh after the greatest waves of Tsunami destroyed around all building in Aceh...







And this is Nabawi and Madina's Masjid

are you still doubt with Islam?


Sunday, March 29, 2009

La Nuit by Elie Wiesel


Novel tentang masa lalu seorang Jewish yang hidup pada masa Jerman ini sungguh menarik untuk dibaca. Dibalik semua kutukan-kutukan dan anugrah manusia pilihan pada mereka, kisah mereka merupakan salah satu penggalan mozaik yang perlu kita ketahui. Elie wiesel atau Eliezer ( Allahku adalah penolongku.Ibrni) adalah seorang lelaki kecil yang dengan kedua matanya sendiri menyaksikan sesama Yahudi di Transylvania, bahkan adik perempuan dan ibunya sendiri dikremasi hidup-hidup oleh Nazi Jerman. Sedangkan ia dan ayahnya menjadi tawanan pekerja paksa yang lebih gila lagi, kemudian ayahnya pun juga mati menjelang kebebasan mereka.


Buku yang dengan kata pengantar Francis Mauriac ini diceritakan dengan gaya bahasa yang datar, seolah-olah merupakan kejadian yang biasa, mirip logat Ernest Hamingway dalam the old man and the sea ,tetapi masih datar miliknya Ernest. Kita bisa membaca suatu kisah yang menggetarkan jiwa sekaligus menyesakkan dada. Bagaimana tidak, dengan cobaan yang mereka dapatkan bukannya semakin dekat dengan Allah, tetapi malah semakin menjauhinya. Mereka malah mempertanyakan eksistensi Allah, bahwa Allah itu buta, tuli, (maaf), dan Allah di tiang gantungan! Karena tidak memperhatikan mereka.

Kita juga bisa belajar banyak tentang Yahudi dalam buku ini, kita bisa tahu tentang kedekatan Yahudi dengan hal-hal yang mistik atau ghaib dalam ajaran Kabbala. Meski tidak disebut apa itu Kabbala, tetapi secara eksplisit dikatakan bahwa ajaran Kabbala berisi tentang hal-hal tersembunyi yang hanya diketahui oleh Yahudi untuk penebusan atas dosa-dosa masa lalu mereka dan datangnya juru selamat di akhir zaman nanti.

Bukankah kisah mereka ini sangat mirip dengan masa lalu mereka ketika berada di bawah kuasa Fir'aun. Sungguh, mereka adalah makhluk yang dilebihkan dari manusia-manusia lain, tetapi juga makhluk yang sangat hina azabnya menyerupai azab Iblis. Al Qur'an dan Injil telah memuji mereka karena otaknya yang pandai. Namun juga mengazabnya karena kesombongan mereka sendiri.

Mengapa buku ini berjudul, La Nuit, alias malam? Mungkin masa itu adalah masa yang gelap bagi mereka, dan kini adalah masa jaya-jaya mereka. Sifat Yahudi yang sombong adalah rahasia umum langit dan bumi, meskipum kita bukan orang-orang pilihan kita harus tetap waspada terhadap rencana-rencana tersembunyi Yahudi. Semoga Allah melindungi kita semua...

Saturday, February 14, 2009

d'Wedding

Pagi itu, aku bangun dari tidur dengan perasaan bahagia. Hatiku terasa meledak lalu membentur cakrawala, dan terbang melayang tinggi ke angkasa. Hari ini mimpi dan angan-anganku yang bahkan belum pernah kubayangkan sebelumnya akan terjadi. Tepat tengah hari nanti, aku akan menikah di Gereja St.Paulo Brazil. Lanjut dengan high wedding di Ritz Carlton Hotel. Waaaa….

Esok paginya, aku dan Leo akan bulan madu ke Rio de Jeneiro, menengok dasyatnya air terjun tenggorokan setan yang paling indah sedunia. Sungguh kesempurnaan hidup yang unbelievable. Membuat hidupku ini seolah-olah berada dalam sebuah dunia novel yang kata-katanya penuh dengan imaji yang membahagiakan. Tak pernah kubayangkan, diriku, gadis kecil yang dua puluh tahun lalu masih berlarian di pinggir sungai Mahakam. Kini berada di sebuah tempat nan jauh dari Borneo sana. Di sebuah hotel berbintang 6, kamar no 239 Suit President, Ritz Carlton Hotel, Brasília!

“Kring... Kring... .”Suara telepon kamar membuyarkan lamunanku.

“Hai, Nan, How are you, dare?” sapa calon suamiku dari balik telepon.

“Leo, umm, entahlah, perasaanku hari ini agak berbeda.” Kataku memanja.

Nan, why? You sick, Nan?” Tanyanya dengan nada ketakutan.

“Oh, dare, aku hanya bercanda. Memang perasaanku agak berbeda dari hari-hari yang lain.”

“Ow, shit! Kalau tak sakit, so why?” tanyanya lagi dengan nada serius..

“Kau tak ingat jika hari ini kita akan menikah, tentulah perasaanku akan lebih berbeda dari hari-hari lain.” Jawabku sambil tertawa.” Jangan-jangan kau lupa ya?”.

“Oh...” jawabnya terasa lega bercampur kesal.

“Kau pasti semalam teler dengan pesta bujangmu, kan?” tanyaku dengan curiga yang kubuat-buat.

“Dare, Kinanti, my lovely honey, yang kucintai sampai die. Aku telepon kau untuk tanya, sudahkah kau breakfast? Bukan untuk fight, not know ya, tonight!.” Rayunya.

“Leonard, Pangeranku yang kujanjikan cintaku sampai mati. Aku tahu kok, aku cuma bercanda, he he he.” Tawaku setengah meghina, “Oke, aku mau telepon layanan kamar dulu ya, nanti setelah makan, ku telepon balik.”

“Ok, Nan, see you, love you honey!”

“Bye, Leo, love you too.”

Kututup telepon darinya, lalu kutekan nomer layanan kamar. Aku memesan sarapan pagi dengan menu bubur Oat, secangkir kopi, Orange Juice, dan buah apel. Sarapan pagi yang amat kusukai dari hotel ini sejak seminggu yang lalu. Tentu karena Oat-nya sangat khas dan berbeda di lidah. Leo pasti menghinaku, bila tahu kalau aku makan sarapan oat lagi.

“Jika hanya ingin makan Oat, kenapa harus ke Brazil?!”. Ejeknya padaku kemarin pagi. “lain kali, kita ke Dubai saja”. Katanya dengan nada penuh sombong, seolah-olah uang tak akan pernah habis dari kantungnya.

Sambil menunggu datangnya sarapan, kupencet tombol remote TV. Lalu hadirlah saluran no 24, BBC London, dengan berita hangatnya dari penjuru planet bumi ini.

“Next, news from Indonesia.” Kata Antonio Ardian seolah-olah memang bicara padaku, “Mahakam’s river in Borneo, Indonesia. Now flooded in some area in side of Mahakam. Million people evacuated from there because the height of water until roof of house. It caused by big rain as long as three days in middle of Borneo Forest, plus, so much trees in forest which cut by civilian made water can’t longer resistant in Borneo Forest.”

Mahakam, ayah, dadaku berdebar-debar. Jantungku serasa akan copot. Bagaimana kabarmu disana yah, pikirku tiba-tiba dengan dada berdebar-debar. Yang kutahu dari berita itu, Mahakam memang meluap begitu hebat, dari gambar satelit menunjukkan bahwa air meluap hingga mencapai atap rumah. Bahkan banjir kali ini pasti lebih hebat dari banjir tahun 2009 lalu. Namun, melihat berita di BBC ini, mungkin banjir itu memang sudah sampai di rumah ayah di Samarinda, dan dengan kapasitas yang jauh lebih besar pula.

Kuambil segera I-Phone dari Bivalgri maskawin-ku, dengan Call Net Phone kutekan nomer Andy, adikku yang kini kuliah di Universitas Hasanudin, Mangkasar. Lama aku menunggu untuk tersambung ke ponsel adikku itu. Lalu dari telepon via internet itu, akhirnya mulai kudengarkan nada tunggu handphone-nya. Tak berselang lama Andy mengangkat teleponku dan terdengarlah suara jernih dari cellular-ku.

“Andy, aku lihat berita di TV...” kataku langsung pada ke pokok masalah.

“Oh, Kak Nanti, ya?” jawabnya datar.

“Ya, bagaimana Ayah, Andy?” tanyaku sungguh-sungguh.

“Entahlah, Kak, aku juga tak tahu.” Jawabnya innocent.

“Ah, apa kau tak lihat berita di TV?” aku sedikit marah.

“Oh, memang Kak, tak pa lah, Ayah pasti bisa survive, kok.”

“Maksudmu?” aku bertanya penuh curiga.

“Banjir kemarin juga Ayah tak kenapa-napa?”

“Andy?” Aku sedikit merasa sedih. “Bukankah banjir kali ini lebih parah dari tahun kemarin!”

“Ya...” jawabnya datar-datar saja. “Tapi ayah pasti selamat, aku yang menjamin.” Katanya mantab.

“Sungguhkah?”

“Tak usah kau khawatir, Kak, bagaimana dengan pernikahanmu esok?”

“Ya, aku akan menikah 5 jam lagi.”

“Selamat ya, maaf kami tak bisa datang, dan jangan lupa upload video ke facebook!”

“Sure, see you Andy, morning.”

“Selamat tengah malam, Kak!”

Aku sedikit lega mendengarkan perkataan Andy, adik satu-satunya yang amat aku cintai. Perkataannya membuat perasaanku kembali tentram. Sedih rasanya menikmati keindahan Brazil tanpa mereka, tanpa Ayah dan adikku tercinta. Tak kubayangkan aku menikah disini dengan mewahnya, sedang ayahku kebanjiran di Indonesia. Dan bahwa hampir sebagian besar diplomat Amerika dan teman-temanku dan Leo dari American Ambassador Amerika hadir, dan mereka sudah ada di hotel ini. Ironi dengan tak satupun keluargaku dari Indonesia yang hadir…

Ayah berkata, “Buat apa kawin jauh-jauh di Brazil, toh kawin itu di KUA cuma habis 300 ribu saja!” Hardiknya padaku ketika aku mengutarakan pernikahku di Brazil. Tapi, aku nekat juga, toh aku sama sekali tak mengeluarkan uang sedikitpun. Bagiku, semua ini hitung-hitung sebagai piknik ke luar negeri. Kapan lagi coba? Calon suami seorang Diplomat Amerika yang mau dengan gadis Mahakam sepertiku ini, plus menawari pernikahan nan mewah di Brazil lagi.

Andy pun begitu, penyelesaian puncak tesis S2 menjadikan alasan kenapa ia tak mau menghadiri acara nikahku di sini. Pupus sudah rencana pernikahan dengan dihadiri dua orang tercinta itu. Dua orang keluargaku satu-satunya semenjak 10 tahun yang lalu, setelah mendiang Ibuku pamit ke Rahmatullah, tak mau mereka hadir di sini. Tapi itu bukan masalah, aku sudah berencana akan ada resepsi di Hotel Hilton Jakarta bulan depan, jadi resepsi di sana akan menjadi bayaran atas hutang-hutang ketidak setujuan mereka. Ha…

Aku kembali berfikir tentang Ayah, sedang apa Ayah di Samarinda sana. Kedinginankah Ayahku tercinta? karena banjir besar itu meneggelamkan rumah kami. Ayah yang sendirian di tanah kelahiranku, tak mau dia angkat kaki dari sana. Ayah juga tak mau ku boyong ke Jakarta, hidup enak di Pondok Indah bersama denganku yang sudah menjadi wanita karir sukses.

Beliau beralasan, bahwa makam mendiang ibuku masih harus di rawat. Dan ia tak mau meninggalkan Ibuku sendirian di Samarinda. Bahwa rumah yang besar dan kebun berhektar-hektar komplit beserta babunya masih harus di tunggu. Mubadzir jika harus diserahkan pada penyewa, atau bahkan dijual. Karena semua itu hasil jerih payah Ayah dan Ibu dulu. Dan aku pun hanya sedikit banyak bisa memakluminya.

Tak mau juga dia ikut Andy untuk pindah ke Mangkasar. Tentang Andy, Andy sudah jadi dosen Antropology di Universitas Hasanudin Mangkasar, hidupnya tentu sudah kecukupan, tinggal istri yang katanya tahun depan akan dipersuntingnya. Dia adikku satu-satunya yang tentunya amat kucintai, sebagai kakak perempuan tunggalnya, tentu aku sangat memanjakannya. Ayah pun begitu memanjakan Andy, maklumlah, anak lelaki sendiri. Aku tak jealous jika semua permintaan Andy diturutinya, toh aku ini memang hanya wanita. Namun, pada akhirnya aku memang lebih beruntung dari Andy juga.

Ah, kenapa aku jadi ngelantur begini. Bukankah hari ini akan menjadi hari bersejarah bagi diriku. Beberapa jam lagi aku akan menjadi Ny. Leonard Lasey. Tak perlu aku berfikir macam-macam dalam kondisi bahagia ini. Mungkin Andy memang benar, Ayah bisa survive di sana seperti yang dulu-dulu. Dan mungkin pem-format-an berita di BBC itu canggih. Kata-katanya dibuat sedemikian rupa, dengan membuat banjir selokan menjadi seolah-olah banjir besar, dan banjir besar seolah-olah banjir bandang, dan banjir bandang seolah-olah tsunami. Dan tsunami... entahlah!

Jujur, yang kusuka dari BBC morning adalah wajah Antonio Ardian yang memang sangat tampan dan elegan. Bahkan lebih tampan dari Leo, bujang peranakan France dan Jawa itu sungguh menarik. Mungkin aku tersihir dengan wajah tampannya itu. Sehingga berita banjir biasa di Mahakam bisa berubah jadi banjirnya Nuh. Hah...!

Oat-ku menjadi dingin, membuat aku tak berselera untuk memakannya lagi. Kuminum secangkir coffee sambil keluar ke balkon hotel, kunikmati pemandangan indah Brazil yang mirip dengan Indonesia, begitu tropis dan sejuk di pagi hari. Polusi di sini hampir hilang, penggunaan bio etanol tebu untuk kendaraan berjalan sukses. Tidak dengan Jakarta, bila pagi menjelang, akan riuh seperti arena pasar demit! Siangnya jadi arena neraka demit, malamnya jadi pusat industri malam yang banyak dinikmati dedemit bangsat pula.

Dari lantai duabelas ini, aku bisa lihat hamparan luas hutan tropis Amazon di kejauhan sana. Dan semut-semut kecil manusia yang ramai di bawah hotel, juga hijaunya taman kota-kota Brazil yang memikat. Hijau di tengah kota, bagaikan zamrud di tengah padang pasir. Tetapi, tiba-tiba angin menghempas balkon kamarku dengan keras. Bisa kurasakan kerasnya angin seperti angin yang keluar dari turbin pesawat. Kembali aku masuk ke kamar, dan kulihat di kejauhan. Mendung mendadak menyelimuti Brasilia.

Kupandang langit mendung dari balik jendela kamarku, kuteguk kopi yang mulai dingin. Kursakan sesuatu berbisik di telingaku, sesuatu yang dingin, yang membuat bulu kudukku bergidik. Kupegang tengkuk leherku yang terasa dingin dan bergetar lembut, bagai dibelai angin pagi yang mengalun pelan. Entah apa, aku juga tak tahu, lagi, kupandang langit pagi yang mendung. Langit yang tiba-tiba membisikkan padaku tentang sesuatu, bisikan yang jauh melewati hamparan samudra pasifik.

Tiba-tiba aku merasa lebih kedinginan lagi, kopi yang hangat tak lagi terasa nikmat. Kuputuskan untuk berendam air hangat di Jacuzzi, sambil menunggu datangnya team tata rias pengantin tiba di kamarku...

.....

Ferrari yang kutumpangi mulai menembus pusat keramaian kota Brasilia menuju Gereja St.Paulo. Aku bahagia, aku nyaman dan anggun bak Cinderella yang banyak dipuja. Gaun ratusan dolarku begitu pas di tubuh, dan lagi, sopirku bilang “You are so so beautiful, you make me want to marriage with Asian girl madam.”

Aku tersenyum puas, tibalah mobil antik ini di gerbang St.Paulo. Banyak tamu yang sudah datang, pendampingku, Yohanna, anak tante Melissa membukakan pintu. Keluarga Yohanna memang tinggal di Buanos Aires. Sehingga, mereka satu-satunya keluargaku yang kupaksakan hadir, paman Yudha dan tante Melissa, orang tua dai Yohanna tentu hadir di pestaku ini. Tapi mereka menginap di Tropiz Hotel dengan Leo. Sungguh adat yang aneh, di Indonesia, sebelum kawin pengantinnya sibuk sendiri mempersiapkan tetek bengek. Tapi di sini, kami dijadikan raja dan ratu, segala sesuatu dipersiapkan keluarga, tapi tak boleh bertemu dahulu selama sehari. Hanya sehari, it’s Okay lah...

Aku tersenyum puas, dua anak kecil yang entah anak siapa tersenyum padaku dan menggandeng tanganku. Semua sempurna, tanpa suara mereka memandangiku, mereka hanya tersenyum, begitu sacral dan indah seperti gladi bersih kemarin. Aku masuk ke aula St.Paulo yang besar. Saking besarnya, hampir tak ada seperempat pengunjung dalam pestaku ini. Jadi aku harus berjalan jauh menuju altar.

Di tengah-tengah perjalanan, aku memandang Leo yang sudah ada di altar dengan pendeta, mataku lembut menghujam memandang calon suamiku itu. Tetapi aku merasakan sesuatu getaran yang aneh, sesuatu yang memaksaku untuk menangis dan berteriak. Aku ingat Mahakam, ayah, almarhumah ibuku, Andy, dan aku seperti merasa tak kuasa akan badanku sendiri.

Aku tercengang saat aku mulai mendekati altar. Tubuhku bergejolak, ada sesuatu yang membuatku ingin berlari lagi, ada sesuatu yang membuatku ingin kembali, entah kenapa tiba-tiba angin keras menghempasku lagi, angin yang sama kerasnya seperti yang di balkon pagi tadi. Aku tersentak, lalu berlari menuju Ferari. Meskipun semua mata memandangku dengan heran, aku tetap berlari dari gereja ini. Aku keluar,

Kutekan tombl-tombol Call Net Phone dari I-Phone

“Andy...” Kataku.

“Kak ...” jawabnya resah. “Kau benar, aku baru akan naik kapal ke Samarinda dan...” Dia diam sejenak.

“ Kak, Tak tersisa, banjir bandang, maafkan aku.”

“Andy,...” Aku lemas, aku belum sarapan dan mandi terlalu lama. Badanku kedinginan dan menggigil demam. Jantunggku berpacu membuat darahku melonjak, bulir air mata mengalir di atas pipiku, bedakku luntur. Aku menarik nafas, aku lemas, lunglai, lalu berucap lirih Inailahi wa Inna Ilaihi Ra’jiun, namun tak sempurana mulut ini berucap, karena kurasakan tubuhku berada di pangkuan Leo, aku pingsan.

Kulihat deburan air yang menerjang penuh dengan amarah, aku tak tahu itu apa apakah itu keindahan air terjun Rio de Janeiro, ataukah banjir yang ada di Samarinda yang meluluh lantahkan ayah dan kampungku. Aku tak tahu dengan apa yang kulihat ini. Tapi aku hanya setengah sadar, karena aku masih pingsan. Lama, sangat lama, ada Ibu dan ayah disana, dibalik deburan dasyat air beriak…

Monday, January 26, 2009

Yahudi

Berikut sedikit ayat Al Qur’an yang menceritakan tentang Bani Israil atau Yahudi (karena lagi hot2nya dibicaraken), karena saya capek nulisnya jadi saya tulis ayat 47-62 saja. Padahal di Surat Al Baqarah, cerita tentang nabi Musa dengan Israil ini sampai ayat 102 ! ck ck ck... sebagian besar berisi tentang manjanya kaum Israil ini...

(QS. Al Baqara : 47-62)

“Hai Bani Israil, inggatlah akan nikmat-Ku yang telah Aku berikan kepadamu. Dan ingatlah pula bahwasanya aku telah melebihkan kamu atas segala umat.”

enake rek... )

Dan jagalah kamu dari hari seseorang tidak dapat membela orang lain (kiamat), sedikit pun. Dan tidak diterima tebusan serta syafa’at daripadanya, dan tidaklah mereka akan ditolong.”

( ampe kiamat nih kaum masih ada)

Dan inggatlah ketika Kami menyelamatkan kamu dari Fir’aun dan para pengikutnya, mereka menimpakan kepadamu siksaan yang seberat-beratnya, mereka menyembelih anakmu yang laki-laki dan membiarkan anakmu yang perempuan. Dan pada yang demikian, terdapat cobaan-cobaan yang besar dari Tuhanmu.”

(kasihan masa lalu kamu)

Dan ingatlah ketika kami belah laut untukmu, lalu kami selamatkan kamu, dan kami tenggelamkan Fir’aun dan pengikut-pengikutnya sedang kamu sendiri menyaksikannya.”

(ingat ngak?)

Dan inggatlah ketika Kami berjanji pada Musa untuk memberikan Taurat, sesudah 40 malam lamanya, lalu kamu menjadikan anak lembu sebagai sesembahanmu sepeninggalnya ( Musa ) dan kamu adalah orang-orang yang lalim.”

(ngak sabaran bener...)

Kemudian sesudah itu kami maafkan kamu, agar kamu bersyukur.”

(hah, dimaafkan, Allah memang Maha Pemurah lagi Maha Pengampun)

Dan inggatlah ketika Kami memberikan kepada Musa Al Kitab (Taurat), dan keterangan yang membedakan yang benar dan yang salah, agar kamu mendapat petunjuk.”

(ten commandments...)

Dan (inggatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya:

‘Hai kaumku, sesungguhnya kamu telah menganiyaya dirimu sendiri karena kamu telah menjadikan anak lembu sebagai sesembahanmu, maka tobatlah kepada Tuhan yang telah menjadikan kamu dan bunuhlah dirimu. Hal itu lebih baik bagimu pada sisi Tuhan yang menjadikan kamu, maka Allah menerima Taubatmu. Sesungguhnya Dialah Yang Maha menerima taubat dan Maha Penyayang.’ ”

(hmmm ntu, dengar...)

Dan ketika kamu berkata:

‘Hai Musa, aku tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan terang’

Karena itu kamu disambar halilintar, dan kamu menyaksikannya.”

(kapok)

Setelah itu kami bangkitkan kamu sesudah mati, supaya kamu bersyukur”

(sekali lagi dimanja)

Dan Kami naungi kamu dengan awan, dan Kami turunkan kepadamu Manna dan Salwa. Makanlah dari makanan yang baik-baik yang telah kami turunkan kepadamu. Dan tidaklah mereka menganiaya Kami, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri merka sendiri.”

(sekali lagi dimanja)

Dan inggatlah kamu ketika :

‘Masuklah kamu ke negeri ini ( Baitul Maqdis ), dan makanlah dari hasil buminya, yang lagi enak dan dimana kamu sukai. Dan masukilah pintu gerbangnya sambil bersujud, dan katakanlah , ‘bebaskan kami dari dosa’, niscaya kami ampuni kesalahan kesalahan kamu. Dan kelak, kami akan menambah pemberian kami kepada orang-orang yang baik’.”

(sekali lagi dimanja, dan dimasukkan ke Jarussalem)

Lalu orang lalim mengganti perintah dengan mengerjakan yang tidak diperintahkan kepada mereka. Sebab itu kami timpakan atas orang yang lalim itu siksa dari langit, karena mereka berbuat fasik.”

(Setan ambil bagian)

Dan ingatlah ketika Musa memohon air untuk kaumnya , lali kami berfirman :

‘Pukullah batu dengan tongkatmu!’

Lalu memancarlah daripadanya duabelas mata air. Sungguh tiap-tiap suku sudah mengetahui tempat minumnya masing-masing, makan dan minumlah rezeki yang telah diberikan kepada Allah, dan janganlah kamu berkeliaran di muka bumi dengan berbuat kerusakan.”

(Masih ada thu, bukti-buktinya)

Dan, ketika kamu ( bani Israil ) berkata :

‘Hai Musa, kami tidak bisa sabar (tahan) dengan satu macam makanan saja, sebab itu mohonkanlah kami kepada Tuhanmu, agar Dia mengeluarkan bagi kami dari apa yang ditumbuhkan bumi, yaitu: sayur-mayur, ketimun, bawang putih, kacang adas, dan bawang merahnya.’

Musa berkata:

‘Maukah kamu mengambil sesuatu yang lebih rendah sebagai pengganti yan lebih baik? PErgillah kamu ke suatu kota, pastilah kamu mendapatkan apa yang kamu inginkan’.

Lalu ditimpakan kepada mereka nista dan kehinaan, serta mereka mendapat kemurkaan dari Allah. Hal itu karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi yang memang tidak dibenarkan. Demikian itu terjadi karena mereka selalu berbuat durhaka dan melmapaui batas”

(ngeyel...)

“Sesungguhnya orang Mukmin, orang Yahudi, orang Nasrani, dan orang Shabiin. Siapa saja yang di antara mereka benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian (akhirat), dan beramal shalih. Mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak pula mereka bersedih hati.”

(Segala puji bagi Allah, Maha Pemurah lagi Maha Penyayang)

Pelajaran yang dipetik dari ayat-ayat tsb adalah:

  1. Watak bani Israil atau Yahudi
  2. Musa sebagai salah satu nabi bani Israil
  3. Ahli kitab yang menyelewengkan isi Taurat dan Injil
  4. Nabi Isa diturunkan (masih ngak mempan!)
  5. Pengikut nabi Isa yang tidak sesuai dengan kehendak mereka dibunuh ( ingat setelah konferensi Nicea! Bid’ah pertama kaum Nasrani ya?)
  6. Adanya kesempatan bagi Yahudi dan Nasrani di zaman ini untuk masuk surga, tapi itu jika mereka mengamalkan kitab-kitab mereka dengan benar. Gari bawahnya adalah, kitab yang sekarang sudah banyak di utak atik!

Sampai sini aja ya, yang lain baca di Al Qur’an! Kalau ga punya Al Qur’an (kasihan) baca buku sejarah aja. Tapi sejarah yang objektif loh!!!! Al Qur’an is the best holy book! Hidup ngak baca Al Qur’an ntu rugi bener...

Kalau si “debu” (ngak pake es!) sih bilang:

“Udah di kasih undangan...

Namun buta huruf, kacian....”

Buat semua temen Q, kususnya ex-girlfriend Q, baca donk Al Qur’an... ngak beli ngak papa. Karena aku juga sering baca Injil juga lho, plus sejarah dunia. Wuihhhhh.... Keren bener.... tapi hati-hati lho yha? Aku neh sedang cari injil yang asli, yang sebelum Nicea Conference... Adanya Barnabas, kata orang Christian ntu bukan Injil asli... Katanya kecampuran unsure-unsur Islam gtu. Lho, orang Injil aja ngakuin kitabnya nabi Musa, kok ngak mau ngakuin kitabnya Muhammad, salah apa coba???? Padahal Muhammad aja ngakuin dua duanya, Baca Al Qur’an itu sepeti membaca sebuah karya sastra puitis yang bersifat unifersal. Ada cerita zaman dahulu hingga masa depan, dan semua itu nyata!

Setelah baja Injil dan beberapa buku sejarah saya simpulkan:

Masalah trinitas, coba di kaji kembali!

Ntu Vatican yang kaya raya... Kayak Brahmana aja!

Nabi Isa dikaruniai Roh Kudus... Bukan jadi anaknya Allah lho!

Jangan suka otak-atik sesuatu dengan nafsu, tapi dengan ilmu

Kasihan umat yang dibodohi ama Romawi,

Kasihan agama yang diaduk dengan filsafat Yunani,

Kasihan nih agama di zaman demokrasi tapi ngak pernah mau mengkaji sejarah...

Keep persahabatan di Jarussalem, kita adalah tiga agama (Yahudi, Nasrani, Islam), yang dipisahkan oleh bisikan nafsu syaiton... Aku nulis di atas bukan untuk maksud apa-apa loh. Aku cuma mau bilang aja bahwa hidup cuma sekali dan tak akan pernah kembali. Jika tak mau belajar tentu akan merugi.

Ngak maksud buat memperngaruhi kamu cemua... Mari kita bicara dengan fakta... cee yaaa...

Sunday, January 4, 2009

Letter to my honey...

(Al Maidah : 44-51)

“Sesungguhnya kami telah menurunkan kitab Taurat di dalamnya ada petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang berserah diri kepada Allah, oleh orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka disebabkan mereka diperintah memelihara kitab-kitab Allah dan menjadi saksi kepadanya. Karena itu jangalah kamu takut kepada manusia, tetapi takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diperintahkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang kafir.”

“Dan kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At Taurat) bawasanya jiwa dibalas dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka pun ada kisasnya. Barang siapa yang melepaskan (hak kisas) nya, maka melepaskan hak itu menjadi penebus dosa baginya. Barang siapa yang tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka kereka itu adalah orang-orang yang lalim.”

“Dan kami iringkan jejak-jejak mereka (nabi-nabi Israel) dengan Isa Putra Maryam, membenarkan kitab sebelumnya yaitu Taurat. Dan kami telah memberikannya Kitab Injil, sedang di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya yang menerangi, dan yang membenarkan Kitab yang sebelumnya, yaitu Kitab Taurat. Yang menjadi petunjuk dan pengajaran bagi orang-orang yang bertaqwa.”

“Dan hendaklah orang-orang pengikut Injil, memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah didalamnya. Barang siapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan oleh Allah. Maka mereka adalah orang-orang yang fasik.”

“Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Qur’an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu. Maka putuskanlah perkara mereka menurut yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikannya satu umat saja. Tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberianNya kepada kamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allahlah kamu kembali semuanya, lalu diberitahukanNya kepada kamu apa yang telah kamu perselisihkan itu.”

“Dan hendaklah kamu memutuskan perkara diantara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu menuruti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebagian apa yang diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (apa yang diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik.”

“Apakah hukum jahiliah yang mereka kehendaki, dan hukum siapakah yang lebih baik dari hukum Allah bagi orang-orang yang yakun?”

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpinmu. Sebagian dari mereka adalah pemimpin dari sebagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk pada orang-orang yang lalim.”

Per te

Kubuka sebuah kardus di gudang bawah rumahku, di dalamnya ada beberapa karya ilmiah dan sastra, serta kumpulan tesisku sewaktu di Indonesia yang belum sempat kupublikasikan. Tak sengaja terbaca olehku sebuah surat yang berisi sepenggal puisi , kembali kubaca dengan seksama penggalan puisi itu. Puisi tanpa judul itu malah mengingatkanku pada suatu mozaik di masa lalu yang sangat kusam, kiranya di buat oleh seseorang yang sempat membahagiakanku. Aku tersenyum rindu padanya, kini aku rindu sebagai sahabat, bukan yang terkasihnya lagi, pikirku.

“Kita ingin mencinta dan bersama

Namun tak bisa meskipun kita sama

Dan jika meskipun adalah karena

Maka kita tak bisa menentangnya

Karena takdir pisahkan kita

Selain kita,

Hanya Tuhanlah yang tahu”

XXX

Senja itu, dengan senyumnya yang khas dia datang lalu memeluk diriku yang masih merasakan rasa sakit di bagian pipi kiri, dia datang setelah ku kirimkan sebuah SMS padanya, karena hanya dialah yang bisa menyembuhkan luka dan sedihku selama ini, hanya dialah yang bisa menghidupkanku dari kematian dan keputus asaan ini. Hanya dengan datangnya dia, malakiat pencabut nyawa mungkin tak jadi mengambil ruhku yang telah merana ini.

“Kapankah kita bertemu pertama kali?” suaranya memecah suasana hening kamarku, dia berkata dengan nada serius sambil menyentuh luka di pipi kiriku dan mengoleskan sedikit obat merah.

“Saat aku memang mengharapkan dirimu hadir.” Seruku lirih padanya.

“Jadi, Tuhan kabulkan doamu.”

“Huh, ataukah setan yang memberi kesempatan ini?” tanyaku dengan nada tinggi.

“Mungkinkah?” jawabnya kembali bertanya padaku,“luakmu tak begitu parah, istirahatlah, matamu sayu, kau perlu tidur!”

“Maaf, Karena Tuhan tak mungkin berada dalam pihak kita.” Jawabku sambil tertunduk lesu, takut-takut melukai perasaanya, namun aku tak menghiraukan kata-katanya yang terakhir, tentang lukaku. Karena aku memang sudah tak peduli dengan lukaku ini, hanya dialah yang kukira masih peduli dengan luka yang terlalu sering hinggap di tubuhku ini. Lalu mengapa ku SMS dia, ah entahlah...

Selesai mengobatiku, dia duduk di sebuah kursi dekat jendela kamarku, memandang keluar jendela lalu mulai memetik gitarku dan menyanyikan sebuah lagu barat yang entah milik siapa, suaranya yang merdu terasa romantis di kamarku ini. Kupikir itu sebuah lagu Amerika latin yang sulit dihafal. Suaranya yang serak nan lembut membuatku sejenak merasa kedamaian hadir dalam hatiku. Lalu aku berbaring, mataku terasa berat dan sayup-sayup aku mendengar suara altonya yang merdu. Aku teringat Papah, lalu teringat luka di pipi kiriku, lalu aku pun tertidur.

Aku bangun dari tidur saat jam di dinding telah menunjukkan pukul 7.00 malam. Aku turun dari kamar, kudapati rumahku sudah tertutup, pintu, jendela, dan gordennya sudah ditutup. Lampu-lampu sudah dinyalakan, dalam benakku aku selalu berterima kasih padanya, atas segala bantuan, kasih, juga cinta tulusnya padaku. Dia begitu perhatian padaku, luka-lukaku selalu ia sembuhkan, dia selalu menghiburku saat aku sedih meratapi nasib, segala kebutuhanku ia yang cukupi, bahkan sekolah pun terkadang dia yang mencukupi. Entah dengan apa aku kan membalas budi baiknya, karena hanya dengan cintaku ini aku bisa membalasnya, itu pun hanya separuh hati, tak kan lebih.

Adzan Isya melantun lembut, segera aku mengambil air wudhu untuk melaksanakan Shalat Maghrib dan Isya secara bersamaan. Menjamak Shalat memang kadang aku lakukan, mungkin karena aku itu pemalas, tapi kupikir ini lebih baik dari pada tidak sama sekali. Selesai Menjamak takhir Maghrib dan Isya, seperti biasa, setelah Shalat aku selalu berdoa pada Allah, aku memohon untuk kedua orang tuaku yang terpisah, untuk masa depanku yang aku risaukan, untuk kedamaaian hidup yang aku inginkan, untuk adikku yang aku rindukan, untuk dia yang mengasihiku, dan yang terakhir aku mohon ampun akan segala dosa-dosaku yang tak terampuni, mohon hidayah, dan agar aku tetap berada di jalan yang lurus, jalan yang diridhai, dan agar aku selalu ingat padaNya.

Aku berdoa tidak dengan bahasa Arab, hanya dalam bacaan Shalat. Dzikir, dan beberapa doa untuk orang tua dan kaum muslim dan muslimatlah aku berbahasa Arab. Untuk doa keluh kesahku, aku mengunakan bahasa Indonesia. Sehingga, ketika berdoa aku akan sangat lama, seolah-olah aku sedang berbincang-bincang dengan Allah secara langsung. Biasanya selesai Shalat aku, aku berdoa hingga 10an menit lamanya, namun jika aku sedang ada masalah, aku akan berdoa lebih lama sekali, aku akan berdzikir dan berdzikir, menyebut Asma Allah Yang Agung berulang-ulang baik dengan lisan maupun dalam hati.

Tepat selesai berdoa, Palm ku berdering mengalunkan lagu Star Light-nya Muse, tepat pukul 8.00 aku diingatkan untuk mengerjakan beberapa PR dari sekolah. Memang, aku sudah terbiasa mengatur alarm PDA untuk mengingatkanku beberapa hal yang penting, sepeti Shalat, mengerjakan PR, dan kegiatan-kegiatan lain. Namun, entah kenapa aku tadi tak mendengar Lantunan Adzan dari Masjid atau pun dari PDA, mungkin aku terlalu terlelap dalam tidur. Dan aku yakin, malam ini aku pasti terserang Insomnia, tak bisa tidur karena sorenya tidur terlalu lama.

Kubereskan perlengkapan Shalatku sambil mendengarkan lantunan alarm yang asyik, sengaja tak kumatikan karena lagunya memang merdu. “Star light… na na na na na....” aku lupa liriknya.

Kemudian aku mengerjakn PR yang tak terlalu banyak, Sastra Inggris dan Matematika yang tak terlalu sulit, hanya 20an menit saja. Setelah itu aku mencoba berbaring, Aku teringat akan adikku, Jasmine yang tinggaldengan Mamah di Bekasi. Kukirimkan sebuah SMS singkat padanya, ternyata dia juga belum tidur.

Sdh tdr blm?”

“lom, np?”

“Kgen aja, kbr adk n ma2h gmn?”

“baek2 kuk”

“senin kk mo tanding lg, dtg ya!”

“ok, psti qt dtg ko”

“Ma2 diajk loh! dah y, met bo2, night!”

“yup, night”

Andai tiap hari aku bisa bertemu dengannya, namun inilah kehidupan yang kadang tak sempurna. Aku ingat kata-kata Mamah ‘Kesempurnaan terkadang lahir justru ketika manusia itu sendiri tidak sempurna’, katanya sambil membuka-buka majalah Fashion Weekly. Masih terngiang kata-kata Mamah itu, aku jadi sangat merindukannya. Sejak sepekan yang lalu aku memang tak berjumpa lagi dengannya. Aku ingin mengirim sebuah SMS selamat malam padanya. Tetapi...

Ah, biarkan saja, aku memang terkadang malas untuk menyapanya. Dulu, aku sangat sering mengirimkan ucapan selamat malam padanya meskipun tak pernah dibalas olehnya. Hingga aku jadi malas untuk buang-buang pulsa, untuk sesuatu yang tidak berguna, Jashmine pun kadang juga begitu. Dia jarang call atau bahkan SMS padaku. Kalau bukan aku yang SMS duluan. Mungkin watak Mamah memang sedikit menular padanya. Anak cewek yang innocence.

Aku merasa belum mengantuk, kuganti baju dengan Piyama lalu turun untuk membuat secangkir Java’s Tea, Tea kesukaan Papah yang tak pernah absen dari lemari dapur. Kupanaskan air dan kuracik sesendok kecil Java’s Tea dengan sesendok besar gula pasir. Lalu kudengar bunyi mobil menderu di halaman rumah. Aku yakin, itu mobil Papah yang baru pulang dari kantor.

Papah masuk rumah, dan langsung menuju dapur tempatku meracik tea, kusapa dia dengan penuh keikhlasan.

“Malam, Pah.” Sapaku dengan nada rendah seolah-olah sore tadi tak pernah terjadi apapun. “Mau Tea? Masih hangat, baru aku seduh.” Mencoba berbasa-basi.

Dia hanya menganguk dan mengambil secangkir Tea-ku yang baru aku buat.

“Buatkan aku satu lagi!” perintahnya sambil lalu, kemudian menuju ruang tamu.

Aku mengangguk, dan dengan sedikit kesal kubuat dua cangkir Tea lagi, satu untuknya dan satu untukku tentunya. Kusiapkan nampan lalu kuantar secangkir Tea ke depan, dan alangkah terkejutnya aku. Ada seorang wanita yang duduk bersanding dengan Papah. Wanita itu cantik dan muda, aku yakin, dia juga salah satu model Agency Papah. Wajah dan tubuhnya nampak asing untukku, kupikir dia adalah wanita Indo alias peranakan, yang pasti direkrut oleh Papah untuk jadi model baru. Kuhilangkan segala prasangka dalam benakku, kusuguhkan Tea padanya.

“Tea, Kak.” Sapaku.

“Siapa dia?” Tanya wanita itu pada Papah dengan nada heran. “Kau..”

“Dia, anakku, tahu kan? Roselean?.” Kata Papah menyela bicaranya dan menyebut nama Mamah.

“Oh, I think he life with his Mom, Hmm, Nice Guy.” Katanya sambil memandangku dengan pandangan menjijikkan.“Not like you Al, ha ha ha!” tawanya sendiri mengila.

Aku segera pergi ke atas menuju kamarku, aku tak tahu pembicaraan selanjutnya yang masih terdengar samar-samar. Yang kuingginkan hanya pergi dari ruang itu, untuk tak lagi mendengar kegilaan hidup. Aku berbaring dan menatap langit-langit kamar.

“Papah, tentu dia sudah lupa dengan Mamah!” Kataku lirih.”Tentu kesempatan untuk bersama sudah pupus, Papah tak akan pernah memaafkan kelakuan Mamah sampai kapanpun. Meskipun aku juga, aku masih mencoba berusaha mencari sela-sela kemungkinan untuk mereka bersatu kembali, aku menyerah, sudah habis kesempatanku untuk mereka.

Hidup-hidup, mengapakah kau serumit ini, Oh Allah...” seruku lirih.

Aku seperti ingin pergi dari sini, ingin berlari jauh dari dunia yang tak lagi pantas disebut sebagai dunia ini. Namun, aku tak ada daya, aku hanya lelaki kecil lemah yang selalu mencoba hal yang terbaik, meskipun sangat tak bisa aku melakukannya. Suara gelak tawa wanita itu terdengar hingga kamarku, kututup telinga dan mataku dengan bantal, aku mencoba untuk tidur dan melupakan semua, dan aku berhasil, aku tertidur pulas malam ini.

Subuh aku bangun untuk Shalat, saat melewati kamar Papah, kulihat kamarnya masih terkunci, mereka masih tertidur pulas pikirku. Aku Shalat Subuh tak terlalu lama, karena kurasa perutku melilit, aku merasa kelaparan karena semalam lupa makan. Akhirnya kuputuskan makan beberapa roti tawar di meja makan dengan lahap.

Kubuka Kulkas untuk mengambil air minum, dan kudapati Java’s Tea-ku yang kubuat semalam berada disana. Hmm, Papah, bagaimanapun kau tetap menyayangiku, meskipun dengan caranya sendiri. Aku tersenyum kecil...

Kuteruskan pagiku dengan jogging di sekitar komplek rumahku. Dari kejauhan kulihat sebuah Jaguar berhenti di depan rumahnya, kemudian menurunkan sesosok wanita cantik yang berpenampilan kacau. Dia pasti baru pulang dari Clubbing, setan wanita, bitch, tapi aku sapa juga dia ketika kumelewatinya.

“Pagi, Tante.” Sapaku mencoba beramah tamah.

“Oh, Boy, ganteng bener kau, pagi-pagi sudah berolahraga, pantas badanmu kekar seperti itu.” Katanya tersenyum nakal sambil membuka gerbang rumahnya. Artis murahan ini pasti masih terpengaruh alcohol, pikirku, kubiarkan kata-katanya meluncur tanpa ku jawab. Aku lihat sekeliling rumahnya, dan nampaknya dia masih tidur dengan kesendiriannya.

“Boy?” tanyanya padaku memperjelas.

“Ya, tante biar aku bisa berpikir normal.” Kataku sambil lalu, dan aku tak lihat ekspresi tante girang itu selanjutnya, karena aku terus melanjutkan jogingku.

XXX

Aku mencoba lagi menyatukan potongan-potongan peristiwa yang mungkin masih kuingat. Tentang kehidupan masa laluku yang sangat sulit di tanah air. Namun, memang antara ingin dan tak ingin aku mulai menghapusnya berlahan-lahan. Aku tak mau lagi mengingatnya, karena sungguh pedih untuk dikenang. Pikiranku buyar saat Stephanie memangilku dari atas.

“Daddy, are you there?” teriaknya di pintu gudang.

“Ya, honey, what’s going on?”

“Jasmine waits you on phone, Dad.”

“Your aunt, Jashmine?”

“Yes, I think!”

“Ya, wait a min!”

Segera ku bergegas ke atas dan kuangkat telepon dari Jashmine di Malaysia.

“Assalamu’alaikum, Jashmine?” sapaku.

“Wa’alaikum salam, ya ini aku Bang.”

Ada apa tumben telephone?”

“Aku hanya mengabarkan padamu, jika tadi di infotaiment sini ada kabar kalau Dr.Sam, kau tahu?”

“Ya, Dr.Sam,” jantungku berdetak kencang mendengar namanya. “Ada apa?”

“Malam tadi beliau pulang ke Rahmatullah Bang. Berita itu juga ada di Malaysia, kau tahu kan, istrinya nan cantik itu orang Malaysia sini. Dan kupikir kau mau mengetahuinya? Dia kan akrab denganmu..”

Sejenak aku tak berucap apa-apa, aku memandang keluar jendela rumahku. Disana ada Jessica dan Stephanie. Dengan pakaian pantai, mereka bermandikan cahaya musim panas di halaman.

“Bang , kau masih di sana?” Tanya Jashmine.

“Oh, ya Jashmine, I am going to call you letter.”

“Ah, iya, Wasalamu’alaikum ya Bang.”

“Thank’s ya Jas, Wa’alaikumsalam.”

Kututup telepon dari Jashmine dengan sebuah perasaan yang tak mudah di ungkapkan.Kuputuskan untuk keluar menuju halaman dan bergabung dengan anak dan istriku untuk mandi cahaya. Kubuka bajuku dan saat itu Jessica bertanya padaku.

“Jashmine? is not Ied Mubarok, And?” tanyanya sedikit heran.

“Nope, Ied mubarok still three mounts again, she just say hello to me and you all.”

“Oh, not like ordinary days.”

“Humm...” kataku sambil tidur di samping Jessica.

Summer di California memang menyenangkan, tak akan kupikirkan lagi masa-masa lalu itu. Seperti artis-artis Indonesia yang bilang ‘hidup bagai air yang terus mengalir’. Aku tersenyum sendiri mengingat polah artis Indonesia di zamanku dulu. Hingga aku tak sadar jika Jess menatapku.

“And?” tanyanya dengan sedikit curiga.

“Nothing, Jess.” Kataku sambil mencium bibir manisnya. Lama sekali kucium bibir Jess, karena memang tak akan pernah puas aku mencium bibir wanita Columbia

ini. Lalu ciumanku berhenti saat Stephanie menyalakan radionya, dan radio itu menyanyikan sebuah tembang yang aku ingat.

“Per’te, per te vivro

L’amore vincera

Con’te, con’te avero

Mille giorni di felcita

...” *

Aku merinding mendengarkan lagu Amerika Latin itu, seolah dia sedang ada di sini sekarang. Memandang diriku dengan anak dan istriku, dan hampir aku bisa merasakan kesendiriannya di alam sana.

“Inna’ilaihi Wa Inna Ilaihi Raji’un.” seruku lirih.

“Dad, who die?” Tanya Jessy dan Stephy bersamaan.

*Per te (separate)

Marco Marinageli song.

Secret Life of Bees ( Sue Monk Kidd )

By. Sue Monk Kidd

August berkata,”Dengarkanlah aku sekarang, Lily, aku akan mengatakan sesuatu yang kuingin agar kau selalu mengingatnya ya?”

Raut mukanya menjadi serius. Bersungguh-sungguh. Kedua matanya tidak berkedip.

“Baiklah,” kataku, dan kurasakan getaran menuruni tulang belakang punggungku.

“Our lady bukanlah sesosok makhluk ajaib, seperti seorang ibu peri. Ia bukanlah sebuah patung di ruang tamu. Ia adalah sesuatu yang ada si salam dirimu. Kau mengerti yang kukatakan?”

“Our Lady ada di dalam diriku,” ulangku, tak yakin aku mengulanginya.

Kau harus menemukan seorang Ibu di dalam dirimu sendiri. Kita semua harus. Bahksn kita sudah memiliki seorang ibu, kita harus mencari bagian dari diri kita ini di dalamnya.”

Berkatar belakang bagian Selatan Amerika tahun 1964, tahunnya Undang-Undang Hak Sipil dan pemberontakan melawan rasisme, The Secret of Bees Karya Sue Monk Kidd merupakan sebuah cerita yang kuat mengenai proses kedewasaan, kemampuan cinta mengubah hidup kita, dan kerinduan terhadap kesempurnaan feminitas universal yang acapkali menyerang. Dengan menyertakan kepedihan atas kehilangansesuatu, penghianatan , dan cinta yang pernah cukup, Kidd menunjukkan kekuatan para perempuan yang bersama-sama menyembuhkan luka-luka itu, untuk menjadi ibu bagi satu sama laindan bagi diri mereka sendiri, dan untuk menciptakan sebuah keluarga dan rumah yang sesungguhnya.

Terisolasi dalam kebun persik di South Carolina bersama seorang ayah yang menelantarkan dan bersikap kasar terhadapnya, Lily Owens yang berusia empat belas tahun telah menghabiskan sebagian besar hidupnya untuk merindukan ibunya, Deborah, yang meninggal di tengah situasi yang ganjil saat Lily baru berumur empat tahun. Yang lebih buruk, ayahnya, T.Ray, mengatakan padanya bahwa Lily-lah yang tak sengaja membunuh ibunya.

Lily dibesarkan oleh Rosaleenn, pengasuh Afrika-Amerika-nya yang angkuh dan blak-blakan. Saat Rosqleen berusaha menggunakan hak barunya untuk ikut pemilu, ia diserang tiga orang rasis di kota dan kemudian malah ia yang dijebloskan ke dalam penjara. Lily bertekad kuat membebaskan dan akhirnya ia juga berhasil melarukan diri dari ayahnya. Ia membawa Rosaleen kabur dari penjara, dan berdua mereka menuju South Carolina untuk mencari kehidupan baru.

Tujuan mereka adalh Tuburon, South Carolina- sebuah kota yang tak mereka ketahui kecuali di dalam kotak yang dulu merupakan milik ibunya Lily yang terdapat petunjuk gambar berupa Perawan Maria berkulit hitam bertuliskan “Tiburon, South Carolina” di belakangnya. Di sana mereka tinggal bersama ti perempuan kakak beradik pemelihara lebah yang memuja Black Madonna. Di tempat inilah, dengan dikelilingi kekuatan Madonna, dengan dengungan-dengungan lebah, dan lingkaran perempuan-perempuan bijak berkulit hitam, Lily mencari jalan setapak menuju keutuhan dan kehidupan yang baru.

Terpikat oleh proses kedewsaan gadi sadari selatan ini, setiap orang akan merasa dikelilingi musim panas South Carolina yang panas dan satu dari saat-saat tak menentu di Amerika. Sebuah kisah tentang ibu yang hilang dan ditemukan, cinta, kejujuran, dan memaafkan, The Secret Life of Bees dengan berani menjelajahi luka-luka kehidupan menyingkap makna yang lebuh dalam tentang rumah dan kesederhanaan dalam memilih hal-hal penting yang akan menyelamatkan hidup kita.

Akhirnya, walau tak dapat menemukan ibu yang dirindukannya, Lily menemukan dan menjadi bagian dari masa lalu ibunya, menemukan sebuah sarang ibu-ibu yang baru, dan jatuh cinta dengan bunda alam raya.

Poem of William Blake:

O Rose, thou art sick!

The invisible worm,

That flies in the night,

In the howling storm,

Has found out thy bed

Of Crimson joy,

And his dark secret love

Does thy life destroy

Oh mawar, engkau sakit!

Cacing tak tampak,

Yang melayang di gelap malam,

Menembus badai yang meraung,

Telah menemu ranjangmu

Keriangan merah padam,

Dan cinta gelapnya yang diam-diam

Akan membuat hidupmu koyak.

Song of Bees

By.May

Place a beehive on my grave

And let the honey soak through.

When I’m dead and gone,

that’s what I want from you.

The streets of heaven are gold and sunny,

But I’ll stick with my plot and a pot of honey.

Place a beehive on my grave

And let the honey soak through.

Letakkan sebuah sarang lebah diatas kuburanku

Dan biarkan madunya membasahi semuanya.

Saat kumati dn pergi

Itulah yang kumau darimu.

Jalan-jalan di surga adalah emas dan disinari matahari

Tapi aku akan tetap bersama kebunku dan satu pot madu.

Letakkanlah sebuah sarang madu di atas kuburanku

Dan biarkan madunya membasahi semuanya.

Membaca novel ini, kita jadi lebih paham tentang sejarah dunia, biologi, budaya, hingga suatu keindahan sastra modern.

Korupsi

Di Indonesia, nampaknya perkembangan mengenai korupsi kian hari kian bertambah. Meskipun pemerintah sudah menanganinya dengan mendirikan KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) tetapi hal itu tidak cukup membantu, hal itu bisa kita lihat dari berbagai kasus korupsi yang kian hari kian menjamur. Dari berbagai sektor, sudah banyak tercemar dengan kegiatan korupsi. Bahkan untuk mendapat pekerjaan, sekarang sudah suadah harus berani mencoba korupsi, dengan membayarkan sejumlah uang, seperti untuk menjadi polisi. Diperlukan lebih kurang Rp.50juta untuk masuk seleksi!. Mengapa hal ini bias terjadi? Apakah sebab yang sesungguhnya? Dan mampukah korupsi dihentikan?

Dari segi sematik, korupsi berasal dari bahasa Inggris, yaitu corrupt, yang berasal dari perpaduan dua kata dalam bahasa latin yaitu com yang berarti bersama-sama dan rumpere yang berarti pecah atau jebol. Istilah korupsi juga bisa dinyatakan sebagai suatu tindakan tidak jujur atau penyelewengan yang dilakuan karena adanya suatu pemberian. Dalam prakteknya, korupsi lebih dikenal dengan meerima uang yang ada hubungannya dengan jabatan, atau suatu kuasaa tanpa ada kesepakatan pertimbangan atau juga catatan administrasi.

Bila pengertian korupsi tersebut kemudianmemperhatikannya secara seksama dan mendalam, tentu kita semua menyadari betapa luas cakupan korupsi tersebut.

Misalnya seorang anak diminta untuk membeli gula oleh ibunya, dalam pembelian gula tersebut terdapat sisa uang. Si anak tersebut lantas menggunakan uang tersebut untuk membeli permen. Setelah sampai dirumah, si anak tidak berkata tentang sisa uang tersebut dan hanya menyerahkan gula pesanan ibunya. Kemudian ibunya bertanya kemanakh sisa uang pembelian gula itu. Dengan santai anak itu menjawab bahwa sisa uang itu ia pergunakan untuk membeli permen. Tetapi si ibu hanya senyum-senyum saja…

Apakah hal tersebut masuk dalam daftar korupsi? Ya jawabnya, tetapi si anak tidak perlu dilaporkan ke KPK kok… Karena itu cuma korupsi kecil yang ditolelir. Tetapi bila dilihat dari sisi psikologis, bukan tidak mungkin suatu saat nanti si anak akan mengulanginya dalam suatu skala yang lebih besar. Hal itu terjadi karena si anak merespon suatu tindakan yang sebenarnya salah, namun dinilai oleh orang lain yang menjadi suatu pedoman baginya, hal itu benar atau biasa-biasa saja.

Lantas, mengapa hal ini bisa terjadi, itu karena si anak memiliki sifat-sifat dasar yang ditanamkan kepadanya melalui suatu bentuk proses sosialisasi yang salah. Contoh lagi, melalui berbagai cerita khas Indonesia seperti “Kancil Nyolong Timun”, alias si kancil mencuri mentimun. Dalam cerita tersebut, secara tidak sadar orang tua menananmkan suatu pendidikan yang salah, yakni menganggap kelakuan kancil mencuri timun di kebun Pak Tani adalah hal yang wajar, bahkan menarik untuk didongengkan. Serta kelakuan kancil menipu anjing yang dianggap sebagai suatu kecerdikan.

Salah satu yang menarik lagi adalah lagu milik orang Jawa ini,
“Kucing GARONG, meong…
Omahmu ngendi, ngerong…
Opo ra adem, kemul…
Entuke ko ngendi, NYOLONG…”
Meskipun lirik lagu tersebut menarik, dalam segi estetika bahasa Jawa, tetapi maknaya yang terkandung sangat menyesatkan persepsi, dimana si kucing “garong” atau “perampok” yang pekerjaannya “nyolong” alias mencuri itu dianggap hal yang lucu dan menarik, seolah-olah tak ada pesan moral yang terkandung dalam lagu tersebut.

Dua contoh mengenai si kancil dan si kucing diatas adalah kesalahan sosialisasi yang ditanamkan oleh orang tua kita (khususnya orang tua Jawa). Yang secara tidak sadar, hal itu mempengaruhi kondisi dasar psikologis anak. Jadi, sebagai orang tua, lain kali jangan memperkenalkan suatu budaya tanpa melihat sisi moralnya. Meskipun begitu, saat ini tanpa didongeng tentang si kancil saja anak sudah dapat menikmati begitu banyak sosialisasi yang buruk melalui media elektronik, seperti televisi. Bahkan tidak hanya korupsi, kekerasan saja sudah menjadi sajian bagi anak-anak tersebut. Bahayanya, anak tersebut belum bisa membedakan mana yang baik dan mana yang benar. Disinilah peran besar orang tua seharusnya dipertanyakan.

Tinjauan lain dari korupsi adalah dari sisi historisnya, bangsa
Indonesia pernah dijajah oleh Belanda. Timbul taktik Belanda menghancurkan kaum Jawa dengan taktik Aksara Jawa, dimana matinya huruf jawa atau aksara jawa dengan “dipangku”. Artinya mengangkat derajat beberapa orang untuk dijadikan sebagai anak buah mereka dengan memberikan gelar untuk meningkatkan status sosialnya. Semisal Mangku Bumi, Paku Buwana, Paku Alam, dst...

Dimasa mendekati jaman kemerdekaan contohnya, timbul stratifikasi menonjol dengan adanya kaum Priyayi. Mereka adalah kaum terpelajar, tetapi jebolan dari sekolah Belanda, dimana setelah mereka lulus pada tingkat tertentu, mereka dapat mencalonkan diri menjadi Priyayi-Priyayi yang bangga untuk bekerja pada pemerintahan Hindia Belanda. Meskipun hal itu wajar mengingat orang lemah (pribumi) harus berlindung dengan orang kuat (colonial). Dan kita juga harus sadar jika kita jarang untuk belajar menjadi orang baik, tapi kita selalu diajarkan menjadi orang kuat kuasanya (umumnya loh).

Kemudian ada juga masa kelam jaman orde baru, dimana tak adanya transparansi keuanggan negara, sehingga praktek korupsi menjadi suatu ladang aman bagi pejabat pemerintahan, yang subur dan sejahtera karena terlindung kediktaktoran. Bahkan hingga saat ini saja, masih banyak kasus korupsi yang belum terpecahkan, atau sengaja dijaga agar tidak pecah. Namun begitu, kita harus yakin bahwa seiring waktu berjalan yang semakin mengubur dalam suatu kejahatan, akan ada waktu dimana kejahatan itu akan tergali kembali oleh generasi mendatang.

Dari sisi historis tersebut, kita dapat melihat bahwasanya kita menggadaikan moral kita hanya untuk mendapatkan materi. Padahal itu adalah suatu moral penjilat, tak lain adalah menjilat kotoran untuk mendapatkan uang. Hal itu menjadi suatu budaya pada masa-masa selanjutnya, rela mengorbankan harga dirinya demi materi. Sehingga pada saat ini, suatu bentuk korupsi adalah sutu bentuk budaya yang dianggap biasa.

Menggapa korupsi dianggap biasa? Karena di berbagai sektor dan bidang, baik pemerintah maupun swasta banyak terjadi tindak penylewengannya korupsi ini. Korupsi dianggap bukan masalah sepanjang tidak diketahui. Sehingga korupsi menjadi budaya yang subur. Dan saat ini ternyata korupsi mengalami revolusi yang hebat pula. Kalau dahulu malu-malu kucing untuk korupsi, sekarang ini tidak korupsi tidak dapat stratifikasi tinggi. Sehingga korupsi menjadi suatu ajang kesepakatan bersama dan menjadi suatu bentuk korupsi massal.

Lantas bagaimana menghentikan praktek korupsi ini? Jawabnya adalah pembangunan moral dari berbagai bidang. Terutama menyangkut moral generasi muda bangsa ini. Karena merekalah yang nantinya membawa negara ini untuk lebih maju. Kemudian pembersihan korupsi yang juga harus harus disertai dengan kokohnya legimitasi hukum di Indonesia. Sehingga hukum lugas, tegas, dan jelas, dan mampu menakuti para koruptor.

Hukuman mati seperti di China mungkin menjadi end solution jika terbukti dari tahun ke tahun bentuk korupsi jadi tak terkendali. Tetapi kembali pada trias politica demokrasiya, jika eksekutif, legislative, dan yudikatif diisi orang yang benar. Tentu korupsi akan terhindarkan. Jadi, jangan asal memilih caleg lho ya!!! Ingat bahwa masa depan kita mugkin masih bisa terselamatkan. Pilih dari Parpol yang jelas tidak pernah korupsi, yang tanpa ragu membela hak rakyat, yang banyak program kerjanya terlaksana, yang bersih dari antek koruptoe, tapi pertanyaannya.

Yang mana????

Kill Corruptions!

GADIS

Nestville City st, 7.00 pm.

Langkahnya dipercepat, lebih cepat dan lebih cepat lagi. Dia menyusuri sepanjang Jalan Nestville dengan terburu-buru. Dia sedang menuju ke ujung pertigaan Jalan Nestville yang letaknya masih jauh terlihat di depan, disana sesorang telah menunggunya untuk berjumpa. Dia melihat ke arah barat, matahari mulai kembali ke peraduannya. Sebuah senyum mengambang di bibir seksinya.

Saat pertigaan Nestville tampak jelas di depan matanya, dia tersenyum. Entah apa yang ada di benaknya saat itu, karena dia terlihat bahagia sekaligus misterius. Padahal kekasihnya yang sedang menunggunya di seberang jalan itu terlihat bermuka masam.

Sekelompok preman dan pengamen jalanan bergerombol di sudut perempatan jalan. Salah seorang diantaranya adalah kekasih si gadis tadi, kekasihnya pun seorang preman. Kekasih yang baru dikenal sebulan itu memiliki badan gagah, tegap, dan bermuka tampan, namun preman tetaplah preman. Dengan dandanannya yang kumal dan tidak sedap dipandang mata itu. Sungguh sangat beruntung jika salah satu wanitanya adalah seorang gadis kelas 1 SMA, anak seorang pekerja tambang di Neoport.

Saat melihat kedatangan gadisnya, perasaan preman itu sangat campur aduk. Dia sangat marah karena sudah lebih dari seperempat jam dia telah menunggu di seberang jalan itu. Dan dengan muka yang cemberut ala preman, dia menyebrangi Jalan Nestville. Dia menyabrang tanpa memperhatikan jalan yang ramai. Sampai-sampai hampir saja dia tertabrak sebuah Baleno hitam yang melintas di pertigaan jalan dengan ngebut.

“Setan, punya mata ngak sih!” teriak pengemudi mobil itu ketika tepat merem mobilnya di depan tubuh si preman.

“Fuck!!!” jawab si preman tanpa ada rasa bersalah sambil mengacungkan jari tengahnya.

Si gadis yang melihat kekasihnya yang hampir tertabrak itu menjerit. Dia menjerit aneh, entah apa yang ia jeritkan. Karena saat dia sudah tersadar dari suatu hal yang lewat tadi. Kekasihnya sudah sampai di hadapannya. Bau alchohol bercampur rokok menusuk hidung gadis itu. Sebetulnya itulah yang amat dia sukai. Karena menurutnya, lelaki yang gagah itu ya seperti itu, suka minum-minum, merokok dan main... Yang itu dia paling membencinya.

Si Gadis langsung menciumnya dan tersenyum, dan bagai panas di musim kemarau yang diguyur gerimis. Kemarahan preman pun seolah-olah mereda dengan sendirinya. Gadis itu sangat pandai merayu, hanya dengan sebuah ciuman saja, seorang lelaki yang sangat ditakuti di Wall Nest takluk padanya.

“Kenapa kau terlambat?” Tanya si preman dengan nada tinggi.
“Ummm... Baby, sorry, lama yah? Aku tadi kesiangan, di sekolah banyak PR.” Rayu si gadis.
“Ya udah, sabtu depan kalau ga mau pulang malam. Pulang sekolah langsung kesini! Ga usah sliweran lagi”

“tenang Baby, besok khan minggu.” Jawab gadis sambil menggandeng si preman berjalan menuju ke utara.
“tunggu!” sela si preman.
“Apa bab?” Tanya si gadis.
Si preman melirik dan berkata “Apa kau lupa?”
“Oh iya.” Gadis itu ingat sesuatu. “Ini Baby.” Kata gadis itu sambil mengeluarkan sebungkus rokok Marlioboro dari tas punggungnya. "Dan aku juga bawa ini," katanya sambil memperlihatkan sebotol Jack Daniel.

Kemudian mereka berdua berjalan ke utara menuju Nest Garden. Bergandengan tangan dan sesekali berciuman. Matahari malu-malu mulai kembali ke peraduannya. Langit sore Nest City terlihat indah sekaligus misterius untuk dipandang.

Malam hari di Imperium Apartement, 4’th Floor, 11.45 pm.

Si gadis membuka pintu apartemennya, lalu menghidupkan lampu ruang tamu.

“click” bunyi saklar memecah keheningan.
“Dari mana saja kau?” Tanya seseorang yang duduk di sebuah sofa.
Si gadis tersentak kaget, tetapi dengan sigap dia berteriak kegirangan.
“Daddy, kapan pulang?”
“Dari-Mana-Saja-Kau?” kata ayahnya dengan tegas.
“Umm, maaf, Dad,” Gadis itu berfikir mencari sebuah alasan. “Tadi sore aku pikir akan menginap di rumah Angeline, tapi hingga jam ini aku rindu untuk tidur di rumah sendiri.”
Ayahnya diam, namun tetap menatapnya dengan pandangan tajam.
“Mungkin aku sudah ada firasat kalau Dady pulang hari ini.” Katanya sambil tersenyum. “Aku mau tidur, Dad. Night.” Katanya sambil menuju ke kamar.

Ayahnya hanya diam, dia pikir kata-kata anaknya memang masuk akal. Lalu dia menuju ke minibarnya untuk menenagkan pikirannya, lalu dia mengambil sebotol Jack Daniel dan meneguknya. Di tegukan kedua, dia berhenti meneguk Birnya, lalu menghitung jumlah Jack Daniel di rak.

“Tujuh, kupikir kemarin ada sembilan. Satu dua... tujuh dan delapan dengan yang kuminum ini. Kemana yang satunya lagi?” Pikirnya dengan penuh prasangka.

“Apakah anakku? dia gadis Bung.” Pikirnya membantah prasangka. Dia lalu menuju kamar anak gadisnya untuk menannyakan minumannya, dan saat hendak mengetuk pintu kamar anaknya itu dia berhenti sejenak, dia mengurungkan niatnya setelah sadar kalau jam di dinding sudah menujukkan pukul 12 malam.

“Besok saja.” Pikirnya. Dan dia melanjutkan minum-minumnya di meja minibar.

Si gadis dengan dada berkecamuk berdiri di balik pintu kamarnya. Dia pikir ayahnya sadar jika sebotol minumannya lenyap dari rak minibar. Namun ia sedikit lega, karena ayahnya tak jadi mengetuk pintu kamarnya. Setidaknya untuk sementara, hingga ia bisa mencari alasan yang masuk akal untuk esoknya.

***

Esok paginya di meja makan, si ayah mencoba berbicara dengan anak gadisnya. Sambil makan mereka meyaksikan Nesty News di channel 7.

“Nat, aku tahu kamu merasa sendiri di sini.” Kata ayahnya bersaing dengan suara TV. “Apa kau betul-betul merasa sendirian di sini, Nat?” Tanya ayah si gadis. Namun tak dijawab oleh anaknya itu.

“Pemirsa.” Suara wanita penyiar berita memecah keheningan mereka.”Sesosok mayat ditemukan di Nest Garden pagi ini. Mayat seorang pria ini diduga mati karena diracuni oleh seseoarang, malam tadi. Mayat pria yang diduga preman dari pertigaan Nestville St ini kemungkinan besar mati diracun, karena tubuhnya membiru dan mulutnya berbusa, kemungkinan tersangka adalah salah satu pacarnya. Ya, preman ini, menurut masyarakat setempat adalah seorang playboy, kini tersangka.”

“Click...” TV dimatikan oleh ayah si gadis.

“Nat?” Tanya ayah si gadis.

“Iya ayah.” Si gadis terlihat menenangkan dirinya. “Yah, bila kau tanyakan itu, harus kujawab apa. Aku takut melukaimu jika aku berkata jujur.” Jawab si gadis dengan cepat.

“Itu, sudah menjawab, Nat?”

Tak berselang lama, Ketukan keras menghentak pintu apartemen mereka, memecah keheningan sarapan pagi yang tegang itu.

“Buka pintu, ini Polisi Nestville!” teriak seseorang dari luar.

“Ya, tunggu!” jawab si ayah sambil memandang anak gadisnya yang tiba-tiba berwajah ketakutan.

Semuanya berjalan dengan cepat, si gadis ditangkap oleh polisi dengan tuduhan sebuah pembunuhan berencana. Dengan korbannya seorang preman, malam tadi di Nest Garden. Ayah si gadis terlihat sangat syok berat, dia tak menyangka jika anak semata wayangnya dijadikan tersangka oleh polisi.

***

Hari demi hari telah berlalu, proses pemeriksaan, reka ulang, dan persidanggan berjalan dengan apa adanya. Pidana yang dituduhkan pada si gadis hanyalah pidana ringan, dengan motif cemburu buta, karena si gadis dianggap masih berada di bawah umur, si gadis tidak dimasukkan ke penjara. Si gadis hanya dimasukkan ke panti rehabilitasi khusus remaja selama beberapa bulan, setelah itu dikembalikan lagi ke orang tuanya, tepatnya ke ayahnya.

Si gadis nampak begitu murung, matanya sayu dan badannya kurus kering. Ayahnya berulang kali menyemangatinya untuk melupakan masa lalunya. Meeskipun begitu, kondisinya tidak banyak berubah, Si gadis malah sering diserang berbagai penyakit, badannya sangat tidak stabil. Dia yang dulu terlihat sebagai gadis cantik dan enerjik, kini terlihat seperti gadis berpenyakit yang lemah.

Suatu hari ayahnya membawa si gadis ke rumah sakit untuk diperiksa,

“Ny.Natalie Anderson.” Panggil seoarang suster.

Si gadis yang lemah itu kemudian masuk dan diperiksa oleh dokter. Setelah diperiksa, ayah si gadis diberitahu penyakit apa yang menimpa putri semata wayangnya itu. Namun entah kenapa, si gadis tidak pernah diberitajukan apa penyakit yang menimpanya. Yang ia tahu, setiap hari ia harus menelan banyak obat dan harus rutin check kesehatan tiap bulannya di rumah sakit.

Hingga saat ulang tahun ke-20 tahun, si gadis tidak pernah diberitahu, si gadis juga tak pernah bertanya pada ayahnya, prihal penyakit apa yang menyerangnya. Hari berlalu dan berganti, namun obat dan check ke dokter tak pernah berhenti. Si gadis menjadi gadis yang sangat pendiam, hingga suatu hari ayahnya telah siap memberitahukan prihal penyakit putrinya pada putri tercintanaya itu.

“Nat, kau telah dewasa, kini saatnya kau tahu apa penyakitmu itu.” Kata ayahnya lirih pada si gadis yang berbaring lesu di tempat tidurnya. “Kau siap?”
“Yah,” Kata si gadis pelan. “Aku sudah tahu, yah, tak perlu kau katakana padakau prihal penyakit ini,”
“Jadi kau sudah tahu, Nat? tabahlah anakku, aku ada di sini bersamamu.”
“Iya, Yah, itulah kenapa aku membunuh preman brengsek itu! Karena dialah yang menularkannya.” Kata si gadis dengan nada menggebu-gebu.

“Oh, anakku...” Kata ayahnya sambil menangis tersedu-sedu.
“Yah, aku sayang padamu yah, maafkan semua dosaku padamu, yah.” Kata si gadis sambil menangis.

Ayahnya tidak menjawab, karena menangis tersedu-sedu meratapi nasib anaknya. Kemudian tak ada suara percakapan diantara mereka, hanya suara tangis ayah si gadis yang terdengar di kamar itu. Kemudian semua terasa hening, lalu tiba-tiba si ayah berteriak sekeras-kerasnya sambil memeluk anak gadisnya, ayahnya berteriak dan berteriak hingga seluruh gedung apartemen bisa mendengar dan merasakan sakit hati yang dirasakannya, tangisan dan teriakkan begitu mengiris nurani, karena kini si gadis, putri tercintanya dan satu-satunya telah menyusul ibunya di suatu tempat yang jauh dari ayahnya itu.