Aku melihat sekelilingku, penuh dengan kebahagiaan yang merangkul. Baik semu maupun nyata di depan mata. Meskipun begitu, aku sadar suatu saat semua itu hanya akan menjadi semu belaka, semua kebahagiaan dunia adalah kebahagiaan sementara yang nantinya akan dihapus oleh jalannya sang waktu. Namun, masih juga mengapa aku mencari kebahgiaan semu, di masa transisi ini, mendekati zina adalah hal yang sering aku lakukan. Salahkah? Aku berjanji pada dirimu wahai Penciptaku! Bahwa seiring jalannya waktu, ibadahku akan sering bertambah, amalku juga hendak aku perbanyak. Namun hati ini adalah hati yang sering pasang surut, untuk itu berikanlah aku waktu untuk selalu memahami arti dari hidup yang telah Engkau berikan, sedikit demi sedikit.
Aku hamba yang khilaf, aku berusaha berjalan dengan jalannya hati dan seimbangnya akal. Aku hanya manusia yang terkadang melakukan pembenaran pribadi dan sering menjatuhkan perkara salah pada orang lain. Aku adalah orang yang egois dalam bertindak, aku yang terkadang banyak bertindak berdasar akal, tanpa meminta pertimbangan dahulu pada isi hatiku. Aku mohon, jagalah hatiku agar mampu menyaring racun setan yang mengalir dalam darah, sehingga darah yang mengalir pada otakku, dan menghidupkan sendi lakuku adalah darah yang bersih, sehingga jalan pikiran dan segala tindakanku adalah tindakan yang aku maksudkan pada kebaikan dan aku niatkan padaMu.
Fatamorgana yang aku pandang, adalah kenikmatan dunia yang menjerumuskan. Sering aku seperti ibunya
Terima kasih padaMu kuhanturkan, tiap tingkah burukku adalah nilai minus satu, dan tiap tingkah baikku Engkau beri nilai sepuluh. Aku harap, saat nanti aku hendak menghadapMu, cukup nilai baikku yang lebih dari batas tuntas untuk dapat menghadapMu di Surga Firdaus. Apakah itu juga harapan semuku???