Friday, November 21, 2008

Fatamorgana Masa Peralihan

Aku adalah maunusia yang sedang kebingungan, setidaknya saat ini adalah saat aku mulai mencari pembenaran antara hitam dan putih kehidupan. Antara ketakutan dan kesenangan yang ada pada sekitarku, antara pilihan untuk kelanjutan masa depanku, dan antara kebahagiaan yang terus hendak merangkulku secara sembunyi-sembunyi. Aku tak mengerti, entah mengapa belum ada profile manusia yang hendak aku contoh. Mungkin Rasulku, namun terlalu jauh aku menjadi orang baik. Bukankah jaman sekarang sudah terlalu banyak orang baik, sehingga yang tadinya baik menjadi buruk karena bosan. Namun, ada juga yang buruk lalu mendapat hidayah sehingga berubah menjadi orang baik. Hidup ini berkesinambuangan, harus ada balance antara baik dan buruk dalam diri pribadiku. Sehingga dalam pikirku, baik kukeluarkan dan buruk hendak aku sembunyikan. Apakah itu masih salah? Setan pasti ada dalam tiap diri manusia, (bukankah begitu?) tetapi orang yang bijak adalah orang yang paham bahwa setan harus bersembunyi sekian rapat dalam darah, dan harus tetap dijaga agar tidak terlalu banyak masuk ke hati kita.

Aku melihat sekelilingku, penuh dengan kebahagiaan yang merangkul. Baik semu maupun nyata di depan mata. Meskipun begitu, aku sadar suatu saat semua itu hanya akan menjadi semu belaka, semua kebahagiaan dunia adalah kebahagiaan sementara yang nantinya akan dihapus oleh jalannya sang waktu. Namun, masih juga mengapa aku mencari kebahgiaan semu, di masa transisi ini, mendekati zina adalah hal yang sering aku lakukan. Salahkah? Aku berjanji pada dirimu wahai Penciptaku! Bahwa seiring jalannya waktu, ibadahku akan sering bertambah, amalku juga hendak aku perbanyak. Namun hati ini adalah hati yang sering pasang surut, untuk itu berikanlah aku waktu untuk selalu memahami arti dari hidup yang telah Engkau berikan, sedikit demi sedikit.

Aku hamba yang khilaf, aku berusaha berjalan dengan jalannya hati dan seimbangnya akal. Aku hanya manusia yang terkadang melakukan pembenaran pribadi dan sering menjatuhkan perkara salah pada orang lain. Aku adalah orang yang egois dalam bertindak, aku yang terkadang banyak bertindak berdasar akal, tanpa meminta pertimbangan dahulu pada isi hatiku. Aku mohon, jagalah hatiku agar mampu menyaring racun setan yang mengalir dalam darah, sehingga darah yang mengalir pada otakku, dan menghidupkan sendi lakuku adalah darah yang bersih, sehingga jalan pikiran dan segala tindakanku adalah tindakan yang aku maksudkan pada kebaikan dan aku niatkan padaMu.

Fatamorgana yang aku pandang, adalah kenikmatan dunia yang menjerumuskan. Sering aku seperti ibunya Ismail AS yang berlari kesana kemari mencari air yang hanya sebuah fatamorgana. Namun bedanya, aku adalah orang yang lari dimanapun ada fatamorgana yang membuat hasrat muda setanku bergejolak. Hingga aku sampai pada suatu kenyataan yang pahit, bahwa semua ini adalah fatamorgana yang berada diatas sebuah lubang dalam, dan kini aku berada di sisi lubang itu. Masihkah aku hendak mengejar fatamorgana itu, ataukah aku sadar bahwa di depanku adalah lubang setan. Entah…

Terima kasih padaMu kuhanturkan, tiap tingkah burukku adalah nilai minus satu, dan tiap tingkah baikku Engkau beri nilai sepuluh. Aku harap, saat nanti aku hendak menghadapMu, cukup nilai baikku yang lebih dari batas tuntas untuk dapat menghadapMu di Surga Firdaus. Apakah itu juga harapan semuku???